Sabtu, 13 Mei 2017

MAKNA DAN JENIS BLANGKON



Blangkon adalah tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional jawa. Menurut wujudnya, blangkon dibagi menjadi 4:
setiap blangkon ada gaya yang tersendiri seperti :
1.       Blangkon ngayogyakarta. Ia popular di kalangan kaum lelaki kawasan jogja. Jika dilihat pada bentuknya, boleh dilihat bagaimana lipatan kain batik tersebut bersilang dan keunikan blangkon gaya ini adalah pada bahagian belakangnya yang berbonjol seperti telur. Bonjolan itu menggambarkan lelaki yang berambut panjang di mana rambut belakangnya diikat dengan simpulan kain tersebut.
2.       Blangkon surakarta ini pula popular oleh jejaka-jejaka dari wilayah solo (salah satu wilayah di jawa tengah), di mana ia adalah modifikasi daripada gaya jogja. Jika dilihat, gaya ini tiada bonjol besar seperti gaya jogja, hanya sedikit simpulan di bahagian belakang. Ia menggambarkan jejaka yang berambut pendek. 
3.       Blangkon kedu. Menurut sumber, gaya ini di popularkan oleh salah seorang ulama dari kalangan waliallah Yaitu sunnan kalijaga. Keunikan blangkon gaya ini adalah pada bahagian belakangnya juga Yaitu terdapat 2 tali yang terjurai.
4.       Blangkon banyumasam. Untuk pengetahuan, ia dipopularkan oleh masyarakat sunda. Sunda ini bukan jawa tau, mereka mempunyai bahasa mereka sendiri yang berbeda dengan bahasa jawa.
Untuk beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan pada bagian belakang blangkon. Tonjolan ini menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon.
Namun secara spiritual blangkon mempunyai arti filosofi yang sangat dalam.
Blangkon  adalah untuk menampung segala apa yang ada di otak,apa yang di pikirkan menjadi satu kesatuan untuk menyelaraskan antara jiwa dan pikiran menjadi satu,untuk konsentrasi yang lebih fokus.
Filosofi blangkon ngayogyokarto :
1 masyarakat Jawa pandai menyimpan rahasia dan tidak suka membuka aib orang lain atau diri sendiri.
2.Dalam bertutur kata dan bertingkah laku penuh dengan kehati-hatian, sebagai bukti keluhuran budi pekerti orang Jawa.
3. Adapun wiron atau wiru yang berjumlah 17 lipatan melambangkan jumlah rakaat sholat dalam satu hari.
Blangkon gaya Yogyakarta juga menyimpan makna jika orang Jawa senantiasa berpikir untuk berbuat yang terbaik demi sesama, meski harus mengorbankan dirinya sendiri.

Sementara itu, pada blangkon gaya Surakarta yang mondholannya berbentuk gepeng, memiliki makna bahwa untuk menyatukan satu tujuan dalam pemikiran yang lurus adalah dua kalimat syahadat yang harus melekat erat.
Blangkon juga menjadi simbol pertemuan antara jagad alit (mikrokosmos) dengan jagad gedhe (makrokosmos). Jagad gedhe dan jagad cilik terkait dengan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi yang membutuhkan kekuatan Tuhan. Blangkon menjadi lambang kekuatan manusia dalam melakukan kewajibannya di muka bumi atas kehendak Tuhan.