Blangkon adalah
tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian
dari pakaian tradisional jawa. Menurut wujudnya, blangkon dibagi menjadi 4:
setiap
blangkon ada gaya yang tersendiri seperti :
1.
Blangkon ngayogyakarta. Ia popular di kalangan kaum lelaki kawasan jogja. Jika dilihat pada
bentuknya, boleh dilihat bagaimana lipatan kain batik tersebut bersilang dan
keunikan blangkon gaya ini adalah pada bahagian belakangnya yang berbonjol
seperti telur. Bonjolan itu menggambarkan lelaki yang berambut panjang di mana
rambut belakangnya diikat dengan simpulan kain tersebut.
2.
Blangkon surakarta ini pula popular oleh jejaka-jejaka dari wilayah solo (salah satu wilayah
di jawa tengah), di mana ia adalah modifikasi daripada gaya jogja. Jika
dilihat, gaya ini tiada bonjol besar seperti gaya jogja, hanya sedikit simpulan
di bahagian belakang. Ia menggambarkan jejaka yang berambut pendek.
3.
Blangkon kedu. Menurut sumber, gaya ini di popularkan oleh salah seorang ulama dari
kalangan waliallah Yaitu sunnan kalijaga. Keunikan blangkon gaya ini
adalah pada bahagian belakangnya juga Yaitu terdapat 2 tali yang terjurai.
4.
Blangkon banyumasam. Untuk pengetahuan, ia dipopularkan oleh masyarakat sunda. Sunda ini bukan
jawa tau, mereka mempunyai bahasa mereka sendiri yang berbeda dengan bahasa
jawa.
Untuk
beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan pada bagian
belakang blangkon. Tonjolan ini menandakan model rambut pria masa itu
yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga
bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon.
Namun secara spiritual blangkon mempunyai arti filosofi yang sangat dalam.
Namun secara spiritual blangkon mempunyai arti filosofi yang sangat dalam.
Blangkon adalah untuk menampung segala apa yang ada di
otak,apa yang di pikirkan menjadi satu kesatuan untuk menyelaraskan antara jiwa
dan pikiran menjadi satu,untuk konsentrasi yang lebih fokus.
Filosofi
blangkon ngayogyokarto :
1
masyarakat Jawa pandai menyimpan rahasia dan tidak suka membuka aib orang lain
atau diri sendiri.
2.Dalam
bertutur kata dan bertingkah laku penuh dengan kehati-hatian, sebagai bukti
keluhuran budi pekerti orang Jawa.
3. Adapun wiron
atau wiru
yang berjumlah 17 lipatan melambangkan jumlah rakaat sholat dalam satu hari.
Blangkon
gaya Yogyakarta juga menyimpan makna jika orang Jawa senantiasa berpikir untuk
berbuat yang terbaik demi sesama, meski harus mengorbankan dirinya sendiri.
Sementara itu, pada blangkon gaya Surakarta yang mondholannya berbentuk
gepeng, memiliki makna bahwa untuk menyatukan satu tujuan dalam pemikiran yang
lurus adalah dua kalimat syahadat yang harus melekat erat.
Blangkon juga menjadi simbol pertemuan antara jagad alit (mikrokosmos)
dengan jagad gedhe (makrokosmos). Jagad gedhe dan jagad cilik terkait
dengan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi yang membutuhkan kekuatan
Tuhan. Blangkon menjadi lambang kekuatan manusia dalam melakukan kewajibannya
di muka bumi atas kehendak Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar